Rabu, 22 April 2009

Review Novel New Moon, Dua Cinta oleh Stephenie Meyer


Entri ini dibuat oleh seorang teman yang sangat baik hati yang mau berbagi pengalamannya mengenai buku yang baru saja di bacanya. Special Thanks untuk RiSky Rahmalia Sofyan yang telah berbagi pengalamannya di BlogReviewBuku. Sudah baca New Moon? Mungkin anda bisa ngobrol dan berdiskusi dengan Risky tentang Novel ini :D

Here we go now:

Judul : New Moon, Dua Cinta
Pengarang : Stephenie Meyer
harga : Rp 55.250 (harga asli Rp 65.000, diskon 15% di Togamas Jl Supratman Bandung)
Jumlah Halaman: 600 Halaman
ISBN : 9789792238303
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Yang menarik perhatian saya pertama kali saat melihat novel ini adalah bahwa buku ini salah satu prekuel dari tetralogi, disandingkan berdekatan dengan Twilight, Eclipse, dan pengumuman segera terbitnya prekuel terakhir, Breaking Dawn. Saya mempunyai asumsi pribadi bahwa tetralogi, ataupun trilogi dan novel bersambung lainnya akan sangat menyenangkan untuk dibaca, didalamnya menjanjikan sebuah kisah yang---saking menakjubkannya----tidak tamat hanya dikisahkan dalam satu buku.dan yang pasti, karena kisahnya bagus, penjualannya akan menguntungkan sehingga pasti penerbitnya akan dengan senang hati meluncurkan prekuelnya...benar tidak? xpp

Well, bisa dibilang agak terlambat dibandingkan penggemar buku yang lain, saya baru mengenal New Moon: Dua cinta setelah Eclipse lama beredar, dan saya bertekad tidak akan memperbesar dosa saya dengan secepatnya mengindahkan novel tersebut sebagai karya sastra....singkatnya, DIBACA.

Sebagai prekuel Twilight, Meyer masih bercerita tentang lika-liku kehidupan cinta seorang gadis manusia 17 tahun (well, 18 tahun di buku ini), Isabella Marie Swan, dengan seekor monster mistis---Edward Cullen---vampir berusia 110 tahun dalam wujud lelaki tampan berusia 17 tahun, yang juga amat sangat mencintai Bella, dan ikatan ironis yang tercipta di antara mereka lebih kuat dibandingkan apa pun. Sekilas mungkin ada yang beranggapan bahwa Tetralogi Twilight hanyalah kisah dongeng yang naif yang diperuntukkan bagi gadis-gadis kesepian yang memimpikan cinta sejati yang abadi, semacam Cinderella abad baru (memang sih, di sini Edward benar-benar figure seorang pangeran; tampan, kaya-raya, misterius, dipuja semua orang---setidaknya satu SMU Forks. Dan Bella mengaggap dirinya biasa-biasa saja, terlalu biasa malahan) tapi New Moon lebih dari sekedar itu. Kisahnya lebih berorientasi pada realitas yang akan terjadi apabila benar-benar terjalin kisah cinta antara vampir dan manusia, apa resiko yang kedua belah pihak ambil, dan kesulitan apa yang mereka alami dalam menjalaninya. Bella bukan gadis yang super cantik yang super baik hati, dia toh hanya manusia biasa, bias melakukan kesalahan. Edward pun bukan pangeran dari segala kesempurnaan, hanya vampir yang lebih suka menganggap segala kesialan yang dialami Bella adalah tanggung jawabnya, dan rela bersikap tolol dan menderita demi menjaga apa yang ia anggap penting.

Sedikit-banyak Meyer mencoba menjelaskan apa yang disebut cinta sejati, apa yang dapat dilakukannya pada seseorang. Depresi, kelinglungan, kehampaan, kepedihan, dan kekuatan untuk melakukan apa pun demi orang yang dicintainya. Dan dibalik itu semua, cinta mereka berdua, Edward dan Bella, betapa tak ada satu hal pun yang mematahkan perasaan mereka; tidak kekeraskepalaan Bella, terpisahnya mereka demi keselamatan Bella, ataupun saat Bella merasa begitu membutuhkan Jacob disisinya, jauh didalam hatinya Ia tahu benar ia masih, dengan amat sangat, mencintai Edward. Begitu pun Edward. Seperti yang saya kutip dari perkataan Bella, ‘mereka ibaratnya sudah satu paket’.

Konflik memang bumbu utama dalam cerita. Tapi Meyer berhasil mewujudkan sebuah konflik baru yang segar----yang sebelumnya belum berhasil diangkat hingga menghasilkan karya sebesar ini oleh author lain. Humor Bella yang pedas dan pemikiran ironisnya yang implisit membuat alur cerita terasa segar. Gaya bahasanya yang deskriptif membuat imajinasi saya berkelebat menyusun latar dan gerakan para tokoh didalamnya selayaknya menonton film, membuat saya sangat menikmati ‘hidangan’ dari Stephenie Meyer satu ini. Novel ini berhasil menguras emosi saya dalam pembacaan pertama, sehingga saya harus membaca sekali lagi untuk lebih memahami dengan baik apa yang diyakini Bella, dipikirkan Edward, dan dirasakan Jacob.

Sebenarnya ada satu hal yang menurut saya mencerminkan isi kepala sang pengarang sendiri di saat-saat membaca kembali kisah yang ia tulis, yaitu suara pikiran Bella di halaman 314, ‘Tempat macam apakah ini? Benarkah ada dunia legenda-legenda kuno berkeliaran di sepanjang perbatasan kota-kota kecil, berhadapan dengan monster-monster mistis?’ Well, Meyer, dunia itulah yang mungkin saya ingin sekali lihat sekarang. Bagi anda yang menyukai kisah cinta yang tidak lebay-hai dan bertele-tele, saya merekomendasikan novel ini.

Bagian yang saya sukai dalam novel ini:

Tapi bagaimana aku bisa membiarkannya memberiku banyak hal sementara aku tak bisa membalasnya? Ia, entah untuk alsan apa, ingin bersamaku. Jika ia memberiku hal lain lagi, itu hanya akan membuat kami makin tidak seimbang.
--- hal 26---

Dengan kaki gemetar, mengabaikan fakta bahwa tindakanku itu tak ada gunanya, aku berjalan mengikutinya memasuki hutan. Bukti kepergiannya langsung lenyap. Tak ada jejak kaki, daun-daun diam kembali, tapi aku terus berjalan tanpa berpikir. Aku tak sanggup melakukan hal lain. Aku harus terus bergerak. Kalau aku berhenti mencarinya, semua berakhir.
Cinta, hidup, makna…berakhir.
--- hal 89-90---

Waktu berlalu. Bahkan saat rasanya mustahil, waktu tetap terus berjalan. Bahkan di saat setiap detik perputaran jarum jam terasa menyakitkan, bagaikan denyut nadi dibalik luka memar. Waktu seakan berlalu dijalan yang tidak rata, bergejolak dan diseret-seret, namun terus berjalan. Bahkan bagiku.
--- hal 106---

‘”Katanya film zombie,” desisku pada Jessica.
“Memang film zombie kok.”
“Lantas, kenapa belum ada orang yang dimakan?”
--- hal 119---

Baru setelah menjelang akhir cerita, saat memandangi wajah si zombie yang kurus cekung, terseok-seok menghampiri manusia terakhir yang menjerit-jerit ketakutan, aku menyadari apa masalahnya. Adegannya berganti-ganti antara wajah ketakutan si tokoh wanita, dengan wajah mati tanpa ekspresi makhluk yang mengejarnya, berganti-ganti, semakin lama semakin dekat.
dan sadarlah aku sosok mana yang paling menyerupai aku
---hal 119-120---

Tapi suaranya semakin menghilang.
Aku maju selangkah, mengetes.
"Bella, kembali," geramnya.
Aku mendesah lega.
---hal 127---

Terlarang untuk diingat, takut untuk dilupakan; sungguh sulit menjalaninya.
---hal 131---

Melakukan hal ceroboh di Forks membutuhkan kreativitas tinggi---mungkin lebih daripada yang kumiliki.
---hal 139---

Kata-kata itu memenuhi kepalaku, tanpa nada, seolah-olah aku membaca dan bukan mendengarnya langsung:
Nantinya akan terasa seolah-olah aku tak pernah ada.
---hal 175---

"Mereka hanya terjun dari tebing, Bella. Rekreasi. Di La Push kan tidak ada mal."
---hal 186---

Satu hal yang kuketahui benar---aku meyakininya dari lubuk hatiku yang terdalam, dari pusat tulang-tulangku, dari puncak kepala hingga ujung kaki, dari dalam dadaku yang hampa---cinta memberi orang kekuatan untuk menghancurkanmu.
Aku hancur luluh dan tak bisa diperbaiki lagi.
---hal 236---

Sekarang aku tak tega menyakiti hatinya, tapi aku juga tak bisa menahan diri untuk terus-menerus menyakitinya. Ia mungkin mengira waktu dan kesabaran akan mengubahku, dan, walaupun tahu ia salah besar, tapi aku juga tahu aku akan membiarkannya mencoba.
Ia sahabatku. Aku akan selalu sayang padanya, tapi itu takkan pernah cukup.
---hal 236---

Ternyata satu minggu itu lama sekali. Hari Rabu aku yakin tidak bakal sanggup bertahan sampai Sabtu.
---hal 244---

Lubang di dadaku kini semakin parah. Kusangka aku sudah bisa mengendalikannya, tapi aku mendapati diriku meringkuk, setiap hari, sambil mencengkeram pinggang dan megap-megap kehabisan udara.
Aku tak mampu menghadapi kesendirian dengan baik.
---hal 245---

Tak ada yang istimewa dengan tempat ini bila dia tidak ada.
---hal 251---

Namanya menembus semua dinding yang kubangun untuk menahannya. Edward, Edward, Edward. Aku akan mati. Tidak apa-apa bila aku memikirkannya sekarang. Edward, aku cinta padamu.
---hal 260---

Tidak ada yang bisa kulakukan. Tidak ada pencegahan yang bisa kuambil. Tidak ada tempat untuk bersembunyi. Tidak ada orang yang bisa menolongku.
---hal 268---

Ini bukan apa-apa ! Ini bukan apa-apa ! pikiranku berusaha menghiburku. Itu benar. Ini memang bukan apa-apa. Ini bukan akhir dunia, tidak lagi. Ini hanyalah akhir dari secuil kedamaian yang tertinggal. Hanya itu.
Ini bukan apa-apa, aku sependapat, lalu menambahkan, tapi ini cukup menyakitkan.
---hal 292---

Aku terhuyung-huyung mundur, ngeri, kerongkonganku tercekat hendak menjerit.
Victoria.
Ia datang mencariku.
Mati aku.
Jangan Charlie juga !
---hal 297---

Tempat macam apakah ini? Benarkah ada dunia dimana legenda-legenda kuno berkeliaran di sepanjang perbatasan kota-kota kecil, berhadapan dengan monster-monster mistis?
---hal 314---

Berarti ada yang benar-benar tak beres denganku. Bagaimana bisa hidupku dipenuhi karakter-karakter dari film horor? Bagaimana mungkin aku bisa begitu peduli pada mereka sehingga hatiku terasa seperti direnggutkan dari dadaku setiap kali mereka pergi mengikuti jalan hidup mistis mereka?
---hal 314---

"Jangan paksa dia. Kau harus menenangkannya."
Bahkan suara di kepalaku bersikap tidak masuk akal hari ini.
Tapi aku tetap menurutinya. Aku rela melakukan apa saja demi suara itu.
---hal 327---

Aku melangkah ke pinggir tebing, mengarahkan mata ke ruang kosong dihadapanku. Jari-jari kakiku meraba-raba ke depan tanpa melihat, mengusap-ngusap pinggir batu begitu menemukannya. Aku menghela nafas dalam-dalam dan menahannya...menunggu
"Bella."
Aku tersenyum dan menghembuskan nafas.
---hal 380---

"Berjuang!" teriaknya. "Sialan, Bella, berjuanglah terus."
kenapa?
Aku tidak ingin berjuang lagi.
---hal 383---

Kemudian, sama jelasnya seperti bila aku berada dalam bahaya besar, suara Edward yang sehalus beledu berbisik di telingaku.
"Berbahagialah," katanya.
Aku langsung membeku.
---hal 399---


Saat ini rasanya seakan-akan ia menginginkan aku, dan itu sudah untuk menghalau kengerian yang kurasakan, berada diterowongan bawah tanah, bersama para vampir dibelakang kami.
---hal 487---

Lalu ia berbicara pada kami. "Agak sulit membuat Marcus terkejut, aku bisa memastikan."
Kutatap wajah Marcus yang datar seperti mayat, dan aku percaya.
---hal 499---

"Apakah aku gila bila aku justru merasa bahagia sekarang?"
---hal 517---

Betapa beruntungnya Alice. Ia bisa memercayai masa depannya.
Aku tidak mampu terlalu lama mengalihkan mata dari wajah Edward. Aku memandanginya terus, sepenuh hati berharap masa depan tidak akan datang. Bahwa momen ini akan berlangsung selamanya, atau, kalau tidak bisa, bahwa aku tidak akan ada lagi bila masa depan itu tiba.
---hal 518---

Seandainya semua vampir yang tak kenal belas kasihan itu tak sanggup menghabisiku, kehilangan harapan pasti bisa melakukannya.
---hal 544---

"Sebelum kau, Bella, hidupku bagaikan malam tanpa bulan. Gelap pekat, tapi ada bintang-bintang---titik-titik cahaya dan alasan...kemudian kau melintasi langitku bagaikan meteor. Tiba-tiba saja semua seperti terbakar; ada kegemerlapan, ada keindahan. Setelah kau tidak ada, setelah meteor tadi lenyap di batas cakrawala, semuanya hitam kembali. Tidak ada yang berubah, tapi mataku sudah dibutakan oleh cahaya terang tadi. Aku tidak bisa lagi melihat bintang-bintang. Jadi tidak ada alasan lagi untuk apa pun juga."
Aku ingin memercayainya. Tapi ini hidupku yang tanpa dia yang Edward lukiskan, bukan sebaliknya.
---hal 545-546---

...lalu bergegas menuju pintu.
Tiba-tiba saja Edward sudah berdiri dihadapanku, menghalangi jalan.
Aku mengerutkan kening, dan berbalik menuju jendela. Tidak terlalu tinggi kok dari tanah, dan dibawah sebagian besar berupa rerumputan...
"Oke," desah Edward. "Aku akan membopongmu."
---hal 553---

"Kau bisa meninggalkan aku," aku menjelaskan. "Keluarga Volturi, Victoria...mereka bukan apa-apa dibandingkan dengan kau meninggalkan aku."
---hal 556---

Sorot mata Edward tampak hati-hati---ia berbicara lambat-lambat. "Menikahlah dulu denganku."
Kupandangi dia, menunggu..."Oke. Dimana lucunya?"
---hal 574---

"Baiklah," sergahku judes.
Charlie bertumpu pada tumitnya dan bergoyang maju-mundur. "Oh." Ia tergagap sesaat, mengembuskan nafas dengan suara keras karena terkejut. "Kusangka kau akan bersikap sulit."
"Memang." Aku memandang lurus-lurus ke mata Charlie. "Maksudku, 'baiklah, aku akan keluar dari rumah ini.'"
---hal 579---

Edward meremasku lembut. "Tenang, ada aku."
Aku menarik nafas dalam-dalam.
Itu benar. Ada Edward disini, dengan kedua tangannya memelukku. Aku sanggup menghadapi apapun juga, selama dia ada.
---hal 598---

Note:
Diksi (gaya bahasa) di new moon makin improved-lah, lebih baik dari diksi Twilight (soalnya penerjemahnya masih lugu kali waktu Twilight)

1 komentar:

  1. sebenernya saya suka cerita dari novel stephen itu, tapi karna tokohnya kebanyakan "vampire", jadi kurang menarik. soalnya saya ga suka vampire..hehehe

    BalasHapus